Website adalah wajah digital dari bisnismu. Ia bekerja 24 jam non-stop untuk menyampaikan informasi, menarik pelanggan, dan membangun kredibilitas. Namun, seiring waktu, tampilan dan performa sebuah website bisa menurun. Jika kamu mulai merasa website-mu tidak lagi seefektif dulu, mungkin sudah saatnya untuk redesign website.
Lalu, kapan sebenarnya waktu yang tepat untuk melakukan redesign? Apa saja indikatornya, dan bagaimana cara melakukannya dengan benar? Artikel ini akan membahas semuanya secara lengkap.
Apa Itu Redesign Website?
Redesign website adalah proses memperbarui tampilan, struktur, dan fungsi dari sebuah situs web. Tujuannya bukan sekadar membuat website terlihat lebih modern, tapi juga meningkatkan pengalaman pengguna (user experience), kecepatan akses, serta mendukung pencapaian tujuan bisnis seperti penjualan atau brand awareness.
Tidak seperti revamp (perubahan minor seperti mengganti warna atau font), redesign biasanya mencakup perubahan yang lebih mendalam, baik dari sisi visual maupun teknis.
Kapan Harus Redesign Website?
Berikut ini beberapa tanda umum bahwa website kamu mungkin sudah waktunya untuk di-redesign:
1. Desain Terlihat Ketinggalan Zaman
Tren desain digital terus berubah. Website yang dulu terlihat elegan bisa saja kini terlihat kaku dan tidak menarik. Tampilan yang kuno bisa membuat bisnis tampak tidak relevan atau kurang profesional.
2. Bounce Rate Tinggi
Jika pengunjung meninggalkan website hanya setelah melihat satu halaman, ini bisa menjadi tanda bahwa mereka tidak tertarik, kebingungan, atau kesulitan menavigasi. Redesign website dapat membantu menciptakan pengalaman pengguna yang lebih menarik dan intuitif.
3. Tidak Responsif di Perangkat Mobile
Lebih dari 50% pengguna internet mengakses situs lewat ponsel. Jika website-mu tidak tampil optimal di berbagai perangkat, kamu bisa kehilangan banyak calon pelanggan.
4. Waktu Muat Halaman Lambat
Kecepatan sangat memengaruhi kepuasan pengguna dan juga peringkat SEO. Website yang lambat bisa menyebabkan frustrasi dan mendorong pengunjung pergi sebelum halaman terbuka.
5. Navigasi yang Membingungkan
Pengunjung harus bisa menemukan informasi dengan mudah. Jika struktur menunya rumit atau tidak logis, itu tanda bahwa struktur website perlu dirombak.
6. Tidak Sesuai dengan Strategi Bisnis Saat Ini
Website harus selalu sejalan dengan arah bisnis. Jika kamu telah menambah layanan, mengganti target audiens, atau mereposisi brand, maka desain dan isi website harus menyesuaikan
7. Kinerja SEO Lemah
Website yang tidak SEO-friendly sulit bersaing di hasil pencarian Google. Struktur yang buruk, tidak mobile-friendly, dan konten yang tidak relevan bisa menjadi penyebabnya.
Source: Unsplash
Manfaat Redesign Website
Melakukan redesign website bukan hanya soal estetika, tetapi juga tentang meningkatkan fungsionalitas dan dampaknya bagi bisnis. Dengan tampilan yang lebih strategis dan penempatan call-to-action (CTA) yang tepat, peluang konversi bisa meningkat secara signifikan.
Redesign juga mendukung upaya SEO melalui struktur yang lebih rapi dan performa teknis yang lebih optimal. Dari sisi branding, desain yang profesional dan konsisten akan memperkuat citra brand di mata pengunjung.
Selain itu, kecepatan dan keamanan website pun bisa ditingkatkan, menciptakan pengalaman pengguna yang lebih baik dan membuat pengunjung betah berlama-lama.
Source: Unsplash
Langkah-Langkah Melakukan Redesign Website
Agar hasilnya maksimal, redesign website sebaiknya dilakukan dengan pendekatan terstruktur. Berikut tahap-tahap yang bisa kamu ikuti:
1. Evaluasi Website Saat Ini
Gunakan data dari Google Analytics dan alat audit seperti Lighthouse atau PageSpeed Insights untuk mengetahui halaman mana yang berkinerja baik dan mana yang perlu diperbaiki.
2. Tentukan Tujuan Redesign
Apakah kamu ingin meningkatkan penjualan? Meningkatkan jumlah pengunjung? Atau memperkuat identitas visual brand? Tujuan yang jelas akan membantu menentukan arah desain dan strategi konten.
3. Lakukan Riset Pengguna dan Kompetitor
Pahami kebutuhan pengguna dan bagaimana mereka berinteraksi dengan website. Lihat juga bagaimana kompetitor menyajikan informasi, dan identifikasi peluang untuk tampil lebih unggul.
4. Rancang Wireframe dan Prototype
Sebelum masuk ke desain akhir, buat wireframe sebagai kerangka halaman. Ini akan membantu menentukan tata letak dan alur navigasi yang efisien.
5. Desain Visual dan Pengembangan
Gunakan elemen visual yang merepresentasikan brand-mu: warna, font, ikon, dan ilustrasi yang konsisten. Setelah desain final disetujui, masuk ke tahap pengembangan (coding).
6. Uji Website Sebelum Peluncuran
Lakukan pengujian teknis: pastikan halaman cepat diakses, tampil baik di semua perangkat, bebas bug, dan mendukung SEO.
7. Luncurkan dan Lakukan Pemeliharaan Rutin
Setelah website baru diluncurkan, pantau performanya secara berkala. Jangan lupa lakukan update berkala agar website tetap relevan dan aman digunakan.
Apakah Harus Redesign Website Setiap Tahun?
Tidak selalu. Namun, sebagai acuan umum, evaluasi website idealnya dilakukan setiap 2–3 tahun sekali. Jika banyak indikator menunjukkan penurunan performa, maka redesign website bisa menjadi solusi terbaik.
Kesimpulan: Apakah Website Kamu Sudah Saatnya Redesign?
Jika kamu merasa website-mu tidak lagi mencerminkan kualitas brand, lambat saat dibuka, atau tidak mendukung strategi bisnis saat ini, maka inilah saat yang tepat untuk mempertimbangkan redesign website.
Ingat, website bukan hanya soal tampilan, tetapi juga soal bagaimana ia mendukung kamu, bisnismu, dan pelangganmu.
Ingin tahu apakah website kamu butuh redesign? Konsultasikan sekarang dengan tim profesional Pixie Digital Agency Bali dan optimalkan potensi digital bisnismu!